makalah
MAQAMAT DAN AHWAL
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak dan Tasawuf
DOSEN PENGAMPU:
Drs. Zainol Hasan, M.Ag
DI SUSUN
OLEH:
Nurul Fadilah
Qosim Zainuri
Rahmawati
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PAMEKASAN
TAHUN AJARAN 2016-2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya, kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “MAQAMAT dan AHWAL” yang mana makalah ini merupakan
Inovasi pembelajaran untuk memahami secara mendalam, semoga makalah ini dapat
berguna untuk pelajar pada umumnya.
Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami membutuhkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan mendatang jauh lebih baik dari yang
sekarang.
Dan pada akhirnya
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada DOSEN PENGAMPU mata kuliah akhlak
tasawuf karena telah sudi memberikan ilmu terhadap kami.
DAFTAR ISI
Halaman
judul................................................................................................................i
Kata
Pengantar.............................................................................................................ii
Daftar
isi......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang................................................................................................1
B.
Rumusan
masalah...........................................................................................1
C.
Tujuan
pembahasan........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
MAQAMAT...................................................................................................2
B.
AHWAL.........................................................................................................3
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.....................................................................................................4
B.
Saran...............................................................................................................4
C. Daftar pustaka.................................................................................................5
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Tasawuf merupakan salah satu untuk menjaga kebersihan dan kesucian
hatinya dengan selalu menjauhi segala bentuk pelanggaran dan kemaksiatan kepada
Allah serta selalu melakukan ritual / ibadah dalam bentuk sholat, puasa, baik
wajib maupun sunnat serta selalu mengingat Allah. Tasawuf berasal dari kata
Ahlu Suffah yaitu dinisbatkan kepada sebagian sahabat Rasulullah SAW yang
hidupnya selalu menempati ruangan-ruangan di serambi masjid Rasulullah di
madinah, dan ada yang menyatakan bahawa Tasawuf berasal dari kata Shaff,
yang di nisbatkan kepada barisan sholat dan barisan perang.
Setelah pengertian Tasawuf dari akar kata, maka kami akan kemukakan
pengetian dalam dari arti istilah. Dalam perspektif ini tasawuf dapat memiliki
berbagai difinisi yang bergantung kepada sudut pandang para ahli. Abu Bakar
Al-Kattani menyatan bahwa yang di maksud dengan tasawuf adalah penyangkalannya
pada pendapat bahwa tasawuf dalam bentuk dari ilmu. Ia menyatakan bahwa tasawuf
adalah moral. Demikian juga menurut Abil Husain Al-Nuri yang menyatakan bahwa
tasawuf bukan merupakn disiplin ilmu tapi merupakan moral, karna kalau tasawuf merupakan suatu bentuk ilmu maka ia dapat
dicapai dengan cara belajar.sedangkan tasawuf adalah berakhlak dengan
akhlak.Tuhan,yang tidak dapat di capai dengan ilmu atau gambaran.
A.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang yang telah di jelaskan, maka dapat
di buat perumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian maqamat dan bagaimana urutan serta jumlah maqamat dan ahwal ?
2.
Apa
pengertian ahwal dan bagaimana hubungannya dengan maqamat ?
B.
TUJUAN
PEMBAHASAN
1.
Untuk
mengetahui pengertian maqamat dan bagaimana urutan serta jumlah maqomat dan
ahwal.
2.
Untuk
mengetahui pengertian ahwal dan hubungan ahwal dengan maqomat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MAQAMAT
Maqamat adalah pengalaman induvidu / Pribadi sang Sufi yang hanya
di rasakan oleh pribadi yang bersangkutan. Secara bahasa Maqamat (jama’ dari
Maqam) Berasal dari bahasa Arab yang berari tidak berdiri atau pangkal dunia.
Istilah ini selanjutnya di gunakan untuk arti sebagai jalan yang harus dilalui
oleh kaum Sufi untuk mencapai derajat yang dekat dengan Allah. dalam berbagai
literatur bahasa inggris, Maqamat di sebut dengan stages, yang berarti
tangga sementara ada juga yang menggunakan stations yang berati terminal.
maqam adalah hasil kesungguhan dan perjuangan terus menerus, dengan
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik. Sementara itu Al-Ghazali
berpendapat bahwa maqamat terdiri dari beberapa maqam; yaitu, al-taubah,
al-wara’, al-shabr, al-zuhud, al-tawakkal, al-mahabbah, al-ma’rifah, dan al-ridla’.
Berikut akan di jelaskan beberapa bagian saja macam-macam maqam dalam ilmu
tasawuf:
1)
Al-Zuhud
Zuhud secara istilah
bermakna tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniaan (tidak suka pada
hal yang berbau duniawi). perilaku zuhud di teladani Rasulullah dan para
sahabatnya. Rasulullah di kenal sebagai sosok yang sederhana, hidup miskin dan
tidak mau bergelimang dengan harta[1].Sifat
zuhud rosulullah S.A.W juga tergambar pada
salah satu do’anya yang berbunyi:” ya allah, hidipkanlah saya dalam keadaan
miskin,dan matikanlah saya dalam keadan miskin,dan kumpulkan lah saya nati di
hari kiamat bersama orang orang miskin”.
2)
Al-Taubah
Al-Taubah adalah memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang telah
dilakukan pada saat yang lampau, dan inilah taubat yang paling rendah, kemudian
taubat yang lebih tingkatannya adalah taubat terhadap pangkal dosa-dosa seperti
taubat dari sifat dendam, sombong, iri, riya’, pamer dan lain.
Sedangkan taubat tertinggi adalah berusaha menjauhkan diri dari
bujuka syetan dan kelalaian dari mengingat allah s.w.t.Seseorang yang mencapai
taubat tertinggi inilah yang akan menolak melakukan sesuatu yang akan
memalingkannya dari allah s.w.t.Taubat seorang hamba yang berhubungan dengan
hak allah s.w.t,harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1).Meninggalkan maksyiyat yang di lakukan.
2).Menyesali perbuatan maksiyat yang di lakukan.
3).Bertekad untuk tidak mengulangi maksiyat yang di lakukan.
Sedangkan
taubat yang berhubungan dengan “HAQQUL ADAMY” (hak manusia) selain harus
memenuhi tiga syarat di atas juga harus meminta ma’af pada manusia yang
bersangkutan, jika mengambil hak orang lain,maka dia harus mengembalikannya.
3)
Al-
Wara’
Al-Wara’ adalah sikap berhati-hati terhadap ketentuan-ketentuan Allah.
seseorang yang bersikap Wara’ adalah mereka yang selalu berhati-hati
dalam segala prilakunya sehingga tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak di
senangi / diridlai Allah baik yang hukumnya makruh apalagi haram.
4) Al-Faqr
Al-Faqr adalah sifat tidak menuntut banyak dan merasa cukup dengan apa
yang telah di anugrahkan Allah, sehingga tidak meminta lebih atas sesuatu yang
bukan haknya. Sifat Al-faqr merupakan kelanjutan dari sifat zuhud, karena degan
zuhud terhadap dunia, seorang hamba akan merasa puas dengan apa yang
diperolehnya. Selain itu sifat Al-faqr akan menghasilkan sifat wara’, karena
dengan menerima apa yang di anugrahkan Allah kepadanya, ia akan bersikap
hati-hati dan tidak akan menuntut sesuatu yang bukan haknya.
5) A-Shobr
Sifat As-shobr
adalah merupakan salah satu sifat andalan kaum sufi, karena kesabaran merupakan
sifat dasar yang dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. Menurut Dzun Nun Al Mishri,
sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah,
tenang ketika mendapat cobaan dari Allah, menampakkan sifat yang berkecukupan
sekalipun hidup berkekurangan. Semua rangkaian perjalanan kaum sufi, harus
memiliki sifat dasar sabar, karena dengannya mereka dapat melakukan riyadho
karena intik sampai pada tingkatan tertinggi disisi Allah akan di jumpai
berbagai rintangan yang tidak sedikit.
B. AHWAL
Ahwal dalah bentuk jamak dari kata hal, yang dari segi bahasa
berarti sifat dan keadan sesuatu. Dalam kitab ishtilahus shufiyah di
sebutkan bahwa ahwal adalah sebuah pemberian kepada seorang hamba dari tuhannya
baik sebagai buah dari amal sholeh yang
menyucikan jiwa dan menjernihkan hatiatau hanya anugrah semata. Di namakan
ahwal, karena dengan hal itu seorang hamba mengalami perubahan Penampilan
lahiriah, dan di sisi Allah SWT. Dari kedudukan yang tidak tampak menuju
kedudukan yang tampak.[2]
Pada intinya, hal (ahwal) adalah keadaan rohani seorang
hamba ketika hatinya sudah dalam keadaan bersih dan suci. Diantara contoh hal
(keadaan) adalah keterpusatan diri (muraqabah), kehampiran atau
kedekatan (qarb), cinta (hubb), takut (khauf), harap (raja’),
rindu (syauq), intim (uns), tenteram (thuma’ninah),
penyaksian (musyahadah), dan yakin.[3]
Maqom berbeda dengan ahwal,maqom dapat diperoleh dengan berusaha, salah
satunya bermujahadah (memerangi hawa nafsu), akan tetapi hal (ahwal) tidak
dapat diperoleh melalui usaha melainkan murni anugrah dari Allah SWT. Maqom
sifatnya permanen sedangkan ahwal sifatnya kontemporer sesuai dengan maqom
hamba tersebut.
Hal berlainan dengan maqom, bukan atas jiwa manusia, tetapi anugrah
dan rahmat dari Allah. Hal bersifat sementara, dan datang dan pergi bagi seoang
sufi dam perjalan menuju tuhan. Selain melaksanakan berbagai kegiatan dan usaha
seperti zuhud, taubat, wara’, kefakiran sabar, tawakal, ridla, dan
lain-lain, seorang sufi juga harus melakukan serangkaian kegiatan mental yang
berat. Kegiatan tersebut seperti Riyadlah berarti latihan mental, mujahadah
berarti bersungguh- sungguh dalam melaksanakan perintah Allah, khulwat berati
menyepi, uzlah berati
mengasingkan diri dari keduniaan. muraqabah berarti mendekatkan diri
kepada Allah. muraqabah adalah stasiun pertama dalam perjalanan jiwa
manusia.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam ilmu tasawuf, Maqamat berarti kedudukan hamba dalam pandangan
Allah berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui riyadha, ibadah,
maupun mujahadah. di samping tu maqamat berarti jalan panjang atau fase-fase
yang harus di tempuh oleh seorang sufi untuk berada sedekat mungkin dengan
Allah. Maqam dilalui seorang hamba melalui usaha yang sungguh-sungguh dalam
melakukan sejumlah kewajiban yang haraus ditempuh dalam jangka waktu tertentu.
Berkaitan dengan macam-macam maqamat yang harus ditempuh oleh salik
untuk berada sedekat mungkin dengan Allah, para sufi memiliki pendapat yang
berbeda. Imam Al-Ghazali dalam ihya’ ulumuddin mengatakan bahwa maqamat itu ada
delapan yaitu taubah, sabar, tawakal, dan ridho. sedangkang tawadu’, mahabah,
dan ma’rifat oleh mereka tidak disepakati sebagai maqamat.
B.
SARAN
Untuk memahami ilmu tasawuf hususnya dalam maqamat dan ahwal,
hendaknya tidak hanya tertumpu pada satu literatur saja. oleh karena itu
makalah ini semoga menjadi pemacu penyusun khususnya dan penyusun berikutnya
pada umumnya untuk lebih mendalami ilmu tasawwuf, sehingga apa yang sudah
dijelaskan dalam makalah ini bisa di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
menjadi yang lebih baik sesuai dari tujuan ilmu tasawuf itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
H.
Toriquddin, Muhammad. Lc., M. HI. Sekularitas tasawuf, Malang, (2008)
Anwar,
Rosihin. Akhlak Tasawuf, Bandung: pustaka setia (2010)
Drs,H.
Muhammad Sholihin, Muhlis. M. Ag, prndidikan akhlak tasawuf, suka pres
yogyakarta.
[1]
Dr.H.Mohammad Muchlis Solichin,M.Ag.PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF.SUKA-PRESS UIN
Sunan Kalijaga,JOGJAKARTA,2012,hal,154.
[2] Prof.Dr.H.Ris’an
Rusli,M.A. TASAWUF DAN TAREKAT,Studi pemikiran dan pengalaman sufi.hal.137
[3] Rosihin
Anwar, akhlak tasawuf, (Bandung: pustaka setia 2010) Hal 26 – 34.
No comments:
Post a Comment